Jalanan pagi ini terasa sangat menusuk tulang.
hujan dengan kecepatan konstan mengguyuri kota palembang
dengan cantiknya.
kalo bukan tuntutan study mana mau gue bela-belain
kuliah.
Bermodal selembar jaket kulit gembel, gue arungi jalanan
dengan menahan gemeretak di gigi. Sesampainya di halte, gue langsung parkir
motor dan siap-siap "morsing" berebut bis dengan para mahasiswa
lainnya. Adu sikut, adu tulang, sampe akhirnya adu kambing. Gue masuk dengan
nyaris tidak selamat di bus. Dengan wajah penuh sumringah mengeksploitasi
"kemenangan" tadi, gue hantamkan pantat dengan indahnya dibangku bis.
"aaah, terasa empuk sekali bangku pagi ini."
Gue pikir perjuangan gue cuma sampe segitu doang, gak
taunya masih ada lagi. seorang pria yg sampe sekarang jenis kelaminnya masih
meragukan duduk disebelah gue. matanya sayu,hidungnya satu,tapi lobang idungnya
gede banget. ”gila, ini orang apa titisan Hulk? yah masa bodo amat yang penting
ada temen seperjuangan. eh, temen seperjalanan” Gumam gue.
"geser dikit mas" pintanya sama gue
gila, itu badan udah ukuran XXL masih aja minta geser.
dengan tampang merengut, gue geser badan yang kecil
ramping ini hampir mepet banget ke kaca.
"malangnya pagi ini" gerutu gue dalam hati
sambil menghela nafas.
Demi menghilangkan rasa bosan, gue keluarin hape
legendaris dari kantong.
memang gak ada sms pagi itu, miris banget nasib gue tiap
pagi.
Yah, dulu sih masih
ada makhluk berjenis kelamin wanita yang perhatian sama gue. Dulu, gue mempunyai seseorang yang berharga, yang berarti , dan seseorang yang
mampu membuat gue tersenyum dikala keadaan yg miris sekalipun.
Dia, mengajarkan gue bagaimana mencintai
seseorang dengan sebenar-benarnya. Dia mengajari gue bagaimana cara
bersabar dan lapang dada dalam menyikapi suatu masalah baik itu masalah ringan
maupun berat sekalipun.
Diakhir rangkaian cerita lika-liku novel
hubungan kami, dia juga yang mengajarkan gue bahwa
mempercayai seseorang itu sulit , dan akan sangat menyulitkan ketika banyak
faktor-faktor perusak kepercayaan tersebut datang menghampiri..
Diawal hubungan kami, mungkin gue lebih sering merasakan sakit hati ketimbang rasa bahagia. Dengan
wajahnya yg cantik dan tentu saja rebutan para cowok cowok, gue harus menerima pil pahit ketika menemukan beberapa bukti-bukti
kedekatannya dengan cowok lain. gue tanya baik-baik
dengannya, mencoba memberikan kepercayaan yang lebih karena rasa sayang gue ke dia, dan akhirnya gue luluh saat dia
tersenyum dan menjelaskan yang sebenarnya kepada gue. indah sekali
pemandangan saat itu.
Bahkan saat gue dihantam
dengan masukan-masukan menyakitkan dari seseorang yang pernah dekat dengannya, gue tetep berfikir positif dan mempercayainya sebagaimana gue mengharapkan kepercayaan darinya.
Tapi, kenyataan pahit harus gue terima saat dia lebih mempercayai orang-orang yang baru dikenalnya
ketimbang mempercayai gue yg telah mengisi hari-harinya selama
kurang lebih 9 bulan. apa arti jerih payah gue untuk
mempercayainya pada waktu itu?
Gue ngerasa miris
dengan keadaan. suatu hubungan yang tak dilandasi dengan rasa percaya hanyalah
menghasilkan sebuah kehancuran, dan gue adalah
tipe-tipe yang nggak kuat untuk menerima kenyataan seperti itu. gue hanya merasa seperti orang bodoh yang mencintai seseorang, tapi
orang itu tidak mencintai gue.
namun sekali lagi, dalam keadaan yang
sesakit apapun itu, gue tetep menghargai keputusan yg
dia buat. kesabaran manusia memang ada batasnya, tetapi gue berusaha
membuat ‘ruang’ kosong didalam hati gue untuk
menyimpan segala sakit hati yang pernah gue terima selama
ini. jika ingat tetangga gue yg meninggal
karena sakit Jantung waktu itu, mungkin suatu saat entah kapan jika kantong
kesabaran dihati gue meledak, dan Jantung gue pun pecah,
mungkin saat itu gue akan bener bener kehilangan diri gue sendiri. itulah konsekuensi hidup.
mencintai seseorang itu tidak lah
gampang seperti membalikkan telapak tangan, namun gue mencoba untuk
membuat nya mencintai gue walaupun tarafnya hanya mendekati
membalikkan telapak kaki 180 derajat.
Suatu malam..
Di salahsatu pusat tongkrongan anak
muda dikota palembang,
gue pergi bersama pacar gue untuk menyelesaikan
masalah yang terkatung-katung selama kurang lebih 1 bulan. tanpa direstui orang
tua untuk pergi, gue tetep pergi demi menyelesaikan
masalah itu. Gue Harep, dia nggak pernah tau kejadian apa yang gue dapet sepulang dari pergi bersamanya malam itu.
obrolan-obrolan kami pun dibuka,
diiringi dengan suasana dinginnya malam, gue dan dia saling
berdebat membahas masalah kami.
gue yang hanya
bisa memberikan fakta dan kenyataan yg sebenar-benarnya kepadanya ternyata
belum memberikan kepuasan jawaban dan alasan untuknya. dan akhirnya, dia
memanggil seseorang yang dia percayai ,yang pernah membicarakan borok gue, yang ternyata orang itu tidak lain adalah teman sepermainan gue
sejak kecil.
semakan,setidur,serokok. itu semua
telah gue alami bersama temen gue itu, dan malam
itu dia datang diiringi emosi yang meledak-ledak. dengan tampang dan nafsu
untuk membunuh gue, gue berusaha untuk menenangkan hati dan fikiran nya. gue tau dia sedang durundung masalah yang tak kunjung usai, dan jika
kami berbicara dengan suasana hati diiringi emosi yang meninggi, entah
pertarungan macam apa yang akan terjadi malam itu. gue yang
disudutkan, gue yang disalahkan, tetapi gue meminta maaf
padanya. gue hanya ingin tau alasan apa yg membuatnya
membicarakan keburukan-keburukan gue ke pacar gue. tidak lebih
tidak kurang. namun sampai saat ini, dia belum menjawab hal tersebut.
wallahualam bissahwab.
saat pembicaraan gue dan temen gue mencapai klimaksnya, gue meminta maaf
dan bersalaman dengannya. gue tahu kalo gue gak salah, tapi untuk meminimalisasi emosi dan suasana hati yang
saat itu sangat panas, sepertinya hal itu memang pantas dilakukan.
yah, pacar gue nangis. setetes,dua
tetes dan akhirnya jaket yang ia kenakan dibanjiri dengan tetesan air matanya yang
meluncur dengan deras. jika dulu gue pernah
berusaha untuk menghapus air matanya, memeluknya untuk menenangkannya, tapi
malam itu, sepertinya gue nggak pantas untuk melakukannya. gue telah menyadari bahwa uluran tangan dan dekapan yang gue berikan hanya akan ditepis dan dimentahkan dengan kerasnya. dan gue nggak mau hal itu terjadi. sepanjang perjalanan pulang, kami hanya
berdiam diri dan gue sesekali mengingatkannya akan kebiasaan-kebiasaan
jelek yang sebaiknya pacar gue kurangi. Finally,
gue bertanya satu hal kepadanya.
"masih
pantaskah aku memanggilmu dengan kata 'SAYANG ' ?"
dan dia menjawab nya dengan dingin..
"nggak
tau.."
sesampainya dirumahnya, waktu saat itu
menunjukkan kurang lebih pukul 22.00 , suhu 29 derajat namun terasa 180 derajat
dihati gue. gue berpamitan dengan dia, dan orang tuanya.
jika memang malam itu adalah malam
terakhir bagi gue untuk mengantarnya pulang, gue akan berusaha mengingat
bagaimana jalan menuju rumah itu yang mungkin nggak akan pernah gue tahu lagi..
Dan akhirnya, sampai sekarang belum ada satu wanita pun
yang mampu menggerakkan hati gue untuk berpaling maupun move on darinya.
Gue baca folder di hape gw sambil nyetel lagu Eternal
Flame-nya Atomic Kitten, gue baca lagi sms-sms beberapa bulan yang lalu saat gue
masih bersama dia. mengingatkan kembali kenangan-kenangan indah maupun tidak
indah yang pernah kita alamin bersama. kenangan indah yang hancur karna campur
tangan temen, dan beberapa orang yang gak bertanggung jawab. kenangan buruk
yang udah lama gue lupain, yang udah pernah gue simpen dikotak sampah yang
berada dihati gue. namun belakangan ini kembali teringat,kembali menyerang
sanubari.
Suatu malam,lebih tepatnya malam minggu.
gue yang gak tau harus pergi kemana, padahal dijalan banyak
yang gue lihat pergi sama pacarnya masing-masing. Akhirnya gue memutuskan untuk
kumpul bersama sahabat-sahabat gue semasa SMA dan tentu saja sampai saat ini. keceriaan
gue bersama mereka malam itu akhinya sampai pada pukul setengah 12. karena udah
larut malam kami pun beranjak pulang.
Dipersimpangan antara jalan menuju rumah dan tempat gue
biasa makan sama temen-temen, gue berhenti. entah kenapa hati ingin menuju ke
FC, foodcourt kalo kami biasa bilang.
Gue muter motor dan bener saja temen-temen gue lagi
kumpul disitu.
gue cabut kunci dan langsung menyapa mereka.
"darimana tos?" tanya temen gue
(kalo dikalangan temen deket rumah,gue emang dipanggil
tos. maksudnya potongan nama bokap)
gue bilang aja habis jalan sama pacar, padahal sama temen.
Diiringi genjrengan gitar, mereka bercanda dan gue pun ikut
tertawa lepas malam itu. sampai akhirnya ada pembicaraan.
"tadi aku pergi sama si K toss"
"oh kemana kak?"
"jalan-jalan aja, ke Benteng, makan"
mendengar nama si "K",mantan gue,langsung ngebuat
memori otak gue kacau. gue yang pernah galau setengah kilo gara-gara dia
dan teman gue, kenapa harus mendengar nama itu lagi dan temen gue lagi. suasana
hati gue jadi gak karuan malam itu. gue tau kalo terus berada disana, gue
bakalan makan ati dengerin kemesraan mereka dimalam itu.
melihat gelagat gue yang gelisah, ada seorang temen yang tau. diem-diem dia bisikin, "udah
pulang aja, abang ngerti apa yang kamu pikirin".
mendengar kata-kata itu,akhrinya gue berpamitan. temen gue
bilang jangan pulang dulu, tapi gue bilang udah malem dan gue langsung
pamit,waktu emang udah nunjukin jam 1 pagi.
malem itu gue kepikiran banget. kepikiran sampe gak bisa
tidur gara-gara belum ngantuk.
Malam yang menyebalkan itu pun berlalu...
Keesokan harinya..
"nih foto kami jalan kemaren" kata temen gue.
entah emang sengaja atau enggak, dia memperlihatkan foto
itu sama gue.
foto yang udah lengkap diupload di facebook.
gue pandangi foto itu,gue tangkap semua kesenangan mereka
malam itu di retina mata.
gue tangkap tatapan mata bahagia keduanya.
gue tersenyum, gue menahan sakit lagi dengan tersenyum..
"close
youre eyes, give me youre hand darling. do you feel my heart beating? do you
understand?"
gak terasa lagu ini udah belasan kali diputer selama
perjalanan gw menuju kampus tercinta. Timingnya emang pas bener.
pacar gue,
ninggalin gue pergi setelah mengisi hati, jiwa, dan sanubari gue sembilan
bulan. Dia juga udah memiliki
pasangan sekarang, dan kemarin jalan sama temen gue. temen deket gue walaupun
bukan kategori yang bisa gue bilang sahabat.
apa lo sadar 'K'? sampe sekarang gue ga bisa ngelupain
lo, tapi setelah gue lihat foto itu. mengetahui apa saja yang terjadi setelah
itu, semua telah memusnahkan asa yang ada dihati gue untuk terus ngarep elo.
"gue masih nunggu lo diujung jalan ini"
itu kata-kata gue yang gw ucapkan beberapa bulan yang
lalu.
tapi setelah kejadian ini, semua seakan menjadi titik
akhir pengharapan tak pasti gue untuk lo, dan akhirnya gue menemukan ujung
jalan yang selama ini gak pernah gue temukan.
"Semoga cerita cinta ini kan menjadi kenangan indah
nanti."
Tanpa sadar gue muter lagu flanella,selamat tinggal cinta
pertama.
"mas, mas" tiba-tiba ada yang mengejutkan
lamunan gue.
"ah iya, apa? gue melongok ke samping kanan
kursi"
kenek bis menadahkan tangannya meminta ongkos perjalanan
karena sedikit lagi sampe di Kampus tercinta. Gue melirik ke arah samping, Si
Hulk ternyata belon bangun dari tidurnya, ”sial!” gerutu gue.
"ini mas, makasih" seraya gue sambil memberi
uang.
~Ku tulis ini saat bersedih menunggu
dirimu yang tak berdaya terpisah oleh keadaan.
Selamat tinggal cinta pertama mengisi waktuku memberi rasa yang tak terlupakan.
Selamat tinggal cinta pertama mengisi waktuku memberi rasa yang tak terlupakan.
Tak mudah ungkapkan dengan hati saat senyum dan tangis
menyatu tapi ini terbaik untukku dan untuk dirimu.
Hanya waktu yang mampu mengerti betapa berat perpisahan
ini semoga cerita cinta ini menjadi kenangan indah nanti.~
Gerbang Universitas sriwijaya udah kelihatan, gue
beranjak untuk duduk dikursi lebih tinggi sembari merapikan rambut gue. Saat
fakultas gue kelihatan, lagu ini selesai diputar, dan bis udah mulai menepi..